Elsa - Disney's Frozen

Selasa, 06 Mei 2014

Penggolongan Obat

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
  1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
  2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
  3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
  4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
  5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
  6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
  7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita langsung membahas penggolongan obat.
1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel sebelumnya, antara lain :
- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:
PENGGOLONGAN OBAT berdasarkan Undang Undang dan Peraturan Menteri Kesehatan
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
  • obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba, contoh antibiotik
  • obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
  • obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
  • obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh vitamin dan hormon.
  • pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
  • oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll
  • perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
  • Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
  • Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
  • langsung ke organ, contoh intrakardial
  • melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
5Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin
-  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :

  • Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
    tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
    hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
    mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
  • Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

Sumber : Farmasetika Dasar

Regulatory Affairs

Obat agar menjadi bahan yang aman, berkualitas, dan bermanfaat melewati perjalanan produksi yang panjang dan regulasi yang ketat. Saking ketatnya, hingga perlu satu bidang khusus dalam ruang lingkup pendaftaran dan izin edar dari pihak produsen. Baca Lebih lengkap tentang apoteker sebagai Regulatory affairs officer.Salah satu profesi yang banyak digeluti oleh Apoteker adalah RA (Regulatory Affair). Di Indonesia  bagian ini entah kenapa dikenal dengan nama bagian Registrasi, padahal kesan dari kata "registrasi" adalah seperti pekerjaan seseorang yang menunggu di meja resepsionis - walaupun "mendaftarkan" juga merupakan salah satu tugasnya.

Apa itu sebenarnya bagian Registrasi?
Ruang lingkup pekerjaan registrasi sangat bervariasi, intinya adalah sebagai penghubung antara perusahaan farmasi dengan otoritas pemerintahan tempat suatu produk kesehatan akan dipasarkan. Tugas dasar mereka adalah bertanggung jawab dalam presentasi dokumen registrasi produk kepada otoritas yang berwenang (untuk ruang lingkup apoteker, di Indonesia adalah Badan POM). Mereka juga melakukan kontak dan negosiasi yang diperlukan untuk mendapatkan dan mempertahankan lisensi pemasaran produk tersebut. Untuk melakukan pekerjaan ini, para registrator mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data ilmiah yang diberikan kolega litbang mereka di perusahaan.Tugas mereka yang lain adalah memberikan informasi terbaru kepada perusahaan mengenai peraturan dan legalitas di daerah tempat perusahaan tersebut ingin memasarkan produknya. Mereka juga memberikan input kepada perusahaan mengenai berbagai persyaratan dan batasan, baik legal maupun ilmiah.

Mengapa perlu bagian registrasi?
Dalam mengembangkan suatu produk, perusahaan mungkin memerlukan waktu yang lama serta biaya yang tinggi. Dalam kurun waktu yang lama itu, bisa saja terjadi perubahan peraturan yang terlewatkan oleh para peneliti internal perusahaan.  registrator profesional membantu perusahaan dengan  mengatasi kekosongan ini serta menghindari masalah yang mungkin timbul akibat perubahan tersebut. Selain itu, untuk produk-produk yang diatur dengan ketat, ada batasan-batasan yang tidak boleh dilangkahi dalam pemasarannya, misalnya dalam hal klaim obat pada kemasan ataupun aturan-aturan dalam mempromosikan obat.Bagian registrasi juga ikut serta dalam pengembangan konsep pemasaran produk, dan dilibatkan juga dalam persetujuan pembuatan kemasan ataupun iklan komersial.

Apa tantangan berkarir di bagian registrasi?
Globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat sebagian perusahaan yang telah mapan, berusaha mengembangkan pemasarannya di negera-negara lain. Peraturan yang diadopsi oleh otoritas pemerintahan yang berbeda sering diinterpretasikan secara berbeda oleh perusahaan. Hal ini berakibat dokumen-dokumen yang disiapkan untuk suatu negara seringkali tidak dapat diterima oleh negara lain. Oleh karena itu, perlu kejelian dan kecermatan para registrator profesional ini dalam menyikapi perbedaan tersebut. Mereka harus dapat mengatur usaha yang dilakukan perusahaan sehingga dapat memenuhi semua persyaratan dan permintaan yang berbeda-beda secara efisien. Saat ini, memang beberapa negara sedang mengusahakan harmonisasi peraturan di bidang pendaftaran obat. Akan tetapi, tetap saja diperlukan registrator yang benar-benar mengerti peraturan, batasan dan pedoman pendaftaran yang spesific secara detail.

Apa saja yang diperlukan untuk menjadi profesional di bidang registrasi?
Bagi yang baru menapaki karir ini diperlukan pengetahuan, pendidikan atau pengalaman di bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aspek khusus produk yang berkaitan,  ilmu farmasi untuk obat, ilmu biologi untuk produk-produk biologi, ilmu kedokteran hewan untuk obat-obat hewan, dan sebagainya. Pada tingkat ini, registrator pemula akan mengembangkan pengetahuan dasarnya mengenai kerangka tanggung jawab bagian registrasi secara umum. Selain itu, para registrator juga dituntut memiliki kemampuan manajemen dan interpersonal yang baik.Untuk tingkat selanjutnya, para registrator secara bertahap akan mengembangkan dirinya sehingga memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang kuat serta terlibat dalam keputusan-keputusan strategis perusahaan dalam pengembangan dan pemasaran produk.

Jadi, para apoteker-apoteker muda? tertarik menjadi Profesional di bidang Registrasi?

referensi:
Regulatory Affairs Professional Development Framework: An Overview, 2007, Regulatory Affairs Professionals Society, http://www.raps.org
What is Regulatory Affairs?,  The Organization For Professionals in Regulatory Affairs, http://www.topra.org/careers/what-regulatory-affairs

Perkembangan Farmasi

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal, health food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa : Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional. Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.Melihat hal-hal di atas, terlihat adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kesehatan atau berdiri sendiri ? kebingungan dalam hal posisi farmasi dalam keilmuan akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang harus disajikan, semua bidang farmasi atau dikelaskan agar lebih terfokus lagi.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat bahkan paradigma tersebut masih melekat sampai saat ini dikarenakan kebingungan yang terjadi pada akar bidang keilmuan farmasi yang lebih luas daripada kedokteran yang berorientasi pada pasien, sedangkan farmasi pada masa pendidikan S1 tidak hanya dijejali dengan kuliahfarmakologi, farmasetika, farmakokinetik, anatomi fisiologi manusia DLL (ilmu farmasi klinik), tetapi juga mempelajari teknologi farmasi, kimia farmasi, DLL sampai kepada manajemen farmasi. Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien. Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun apotekerberada.Pelayanan obat kepada pasien melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada pasien yang menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, pasien sendiri. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat dan pasien.

Semoga Bermanfaat Wallahu a’lam bishshawab